Minggu, 23 September 2012

DEMI GANTI YANG LEBIH DARI ALLOH SWT


Ibnu Rajab al-Hanbali menyebutkan dalam Kitabnya, Dzailuth Thabaqaat, tentang kisah al-Qadhi Abu Bakar al-Anshary al-Bazzaz yang berkata :
“Saya tinggal di Mekah yang dijaga oleh Allah. Suatu hari aku merasakan lapar. Akupun keluar untuk mencari rejeki yang bisa aku makan, namun tidak juga mendapatkannya. Tatkala aku sedang berjalan, tiba-tiba aku menemukan bungkusan sutera yang diikat dengan pita dari sutera yang mahal. Aku membawanya pulang, dan kucoba membukanya. Ternyata di dalamnya terdapat kalung yang terbuat dari mutiara, belum pernah aku melihat kalung sebagus itu. Aku segera membungkusnya kembali dan mengikatnya seperti sedia kala.
Aku kembali keluar, tiba-tiba aku mendengar orang tua yang sedang berhaji  berseru, ”Barangsiapa yang menemukan sebuah bungkusan yang ciri-cirinya begini dan begini, maka akan aku beri hadiah 500 dinar emas.”
Aku berkata dalam hati, ”Saya sedang terdesak kebutuhan, apakah sebaiknya aku mengambil dinar itu, dan mengembalikan bungkusan itu kepadanya, ya?” Lalu aku berkata, ”Kemarilah, aku telah menemukannya.” Aku membawa orang tua itu ke rumah, kutanyakan ciri-ciri bungkusan, tentang kalung mutiara, jumlah barang dan sesuatu yang berada di dalamnya. Ternyata apa yang diutarakan persis dengan apa yang kutemukan. Maka aku keluarkan bungkusan itu, dan kuserahkan kepadanya. Diapun menyerahkan uang 500 dinar emas seperti yang ia janjikan. Kukatakan kepadanya, ”Saya hanya menyampaikan amanah yang harus saya kembalikan kepada Anda, saya tidak meminta upah.” Dia mendesakku untuk menerima upah itu, sementara aku sudah berjanji untuk tidak mengambilnya sedikitpun.
Orang itu pergi meninggalkanku, lalu pulang ke negerinya setelah menyelesaikan hajinya. Sedangkan saya makin terdesak kebutuhan. Hingga aku memutuskan keluar dari Mekah dan mengarungi lautan dengan kapal tua bersama segolongan orang. Di tengah laut, kapal kami diterpa ombak dan badai yang dahsyat hingga kapalpun pecah. Orang-orang tenggelam, sementara Allah menyelamatkan aku, di mana aku bisa berpegangan pada sebuah kayu, hingga aku terdampar di sebuah pulau.
Aku memasuki pulau itu, dan ternyata di sana tinggal kaum muslimin yang rata-rata masih awam, belum bisa membaca dan menulis. Aku mendatangi masjid, shalat dan membaca al-Qur’an.Mereka pun memintaku mengajarkan Al-Qur’an disana.Seiring berjalannya waktu mereka menawarkan seorang gadis yatim yang aik hati dan kaya,awalnya aku menolak tapi akhirnya aku terima tawaran itu.
Dan tatkala bertemu dengan gadis itu, ternyata aku melihat kalung mutiara yang pernah kutemukan di Mekah dahulu melingkar di lehernya. Aku keheranan dan terus memerhatikan kalung itu. Hingga salah seorang keluarganya berkata, “Wahai Syeikh, Anda telah menyinggung perasaannya, Anda tak sudi melihatnya, dan hanya melihat kalung yang dikenakannya.” Buru-buru saya berkata, “Tentang kalung itu, ada kisah yang saya alami.” “ Kisah apa itu?” Tanya mereka penasaran. Lalu saya bercerita kepada mereka tentang kalung dan pertemuanku dengan orang tua yang memilikinya. Usai aku bercerita, mereka tersentak dan meninggikan suara tahlil dan takbir. Lalu saya bertanya, ”Subhanallah, apa yang terjadi atas kalian.” Mereka berkata, ”Sesungguhnya orang tua yang bertemu denganmu itu adalah ayah dari gadis ini. Beliau juga sempat bercerita perihal Anda setelah kembali dari haji. Beliau berkata, ”Demi Allah, aku belum pernah melihat pemuda muslim sebaik orang yang mengembalikan kalung itu, ya Allah kumpulkanlah aku dengannya, aku ingin menikahkan ia dengan puteriku.” Sekarang beliau sudah meninggal namun doanya telah dikabulkan oleh Allah.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar